Rabu, 28 September 2011

Selamatkan Indonesia dengan ...

Beberapa waktu lalu koran Kompas memuat tiga tulisan di sekitar tema Filsafat Ilmu (Epsitmologi). Pertama, tulisan Daoed Yoesoef yang mengritisi lemahnya peran ilmuwan terhadap pengembangan ilmu yang dipilih mereka masing-masing. Kedua, tulisan Mart berjudul 'Selamatkan Indonesia', yang menyatakan bahwa Indonesia hanya mungkin eksis jika stakeholder keilmuan Indonesia peduli dengan tumbuh kembangnya ilmu-ilmu. Dan, ketiga, publikasi tentang peringkat Perguruan Tinggi Indonesia yang terus merosot dibanding perguruan tinggi dunia. Sebagai dosen mata kuliah dan penulis buku Filsafat Ilmu & Logika, saya merasa disadarkan akan kenyataan-kenyataan memrihatinkan di dunia keilmuan ini. Jika indikator keberhasilan perguruan tinggi tersimpul dalam identitasnya sebagai research university maka justru di dalam dan melaluinya ternyatakan kelemahan 'kita'. Tiga indikator sebagai research university gagal kita penuhi. Baik publikasi ilmiah, penelitian ilmiah, maupun pengabdian masyarakat komunitas ilmiah Indonesia sungguh rendah bahkan dibanding Thailand, Malaysia, Filipina, dan terakhir Vietnam. Dalam diskusi-kelas mata kuliah Filsafat Ilmu & Logika di Fakultas Psikologi UKSW kami sampai pada kesimpulan bahwa titik keberangkatan yang dipilihlah yang menyebabkan seluruh rangkaian keilmuan berikutnya menjadi rapuh dan rentan ambruk. Sejak awal kuliah, mahasiswa tidak dilibatkan ke dalam dunia publikasi, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Sehingga, mereka menjadi tercerabut dari berbagai 'akar' yang seharusnya memerkokoh bangunan keilmuan mereka. Fakta menunjukkan, banyak mahasiswa yang bergulir begitu saja saat kuliah: yang penting kuliah, yang penting sarjana, ikut dalam arak-arakan 'sepantasnya' (dalam arti sepantasnyalah anak sekarang kalau kuliah dan sarjana). Kalau disurvai acak kasar, mungkin hanya satu dari seratus mahasiswa S-1 yang telah memiliki sesuatu yang hendak ditulis menjadi skripsi di awal perkuliahan. Jadi, ajakan selamatkan Indonesia yang diteriakkan Mart harus mendapatkan arti konkret dengan berani memutus mata rantai keterpurukan dunia keilmuan Indonesia dengan berbagai cara, antara lain memersiapkan mahasiswa sedini mungkin untuk gemar meneliti, gemar memublikasikan pikirannya, dan gemar mengabdikan ilmu yang digelutinya untuk kesejahteraan banyak pihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar