Kamis, 20 Oktober 2011

Jurnalisme Transaksional dalam Berita "SBY plesir di Lombok"

Mianto Nugroho Agung

Meski tidak semua yang 'transaksional' itu berkonotasi negatif, namun ketika ia dipadukan dengan kata lain sehingga menjadi 'politik transaksional', 'begereja secara transaksional', 'partai transaksional', kata itu memang betul-betul langsung bisa menunjukkan makna negatip. Bagaimana jika menjadi 'jurnalisme transaksional'? Sebagai paham pemberitaan yang seharusnya jujur, berpihak pada fakta, dan netral maka kata jurnalisme bukanlah ideologi maupun ideologis melainkan paham dalam arti sebenar-benarnya. Dan, ketika menjadi 'jurnalisme transaksional' maka jatuh ke dalam makna, hakekat, dan filosofi 'dagang' murni alias mencari untung mulu. Jurnalisme transaksional dengan demikian paham pemberitaan yang hanya 'melayani' dan berorientasi pada pasar dengan segala pengertiannya. Saat pasar menuntut berita sumir, gosip, dan 'ursuan domestik' mulu, maka semua media massa mengemas beritanya menjadi demikian. Maka, ketika SBY yang sebenarnya pergi ke Lombok untuk meresmikan Bandara Internasional baru di sana dan bertemu secara informal dengan petinggi Malaysia lalu di sela-sela itu mengunjungi pantai, yang dieksploitasi hanya kunjungan ke pantai-nya saja. Inilah transaksionalnya! Salahkah? Ha3x ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar