Kamis, 27 Oktober 2011

BALADA I NYOMAN MINTA, WNI YANG TAK KENAL SBY

Mianto Nugroho Agung

Kejadian aneh tapi langka baru saja kita saksikan: seseorang tua renta berseragam hijau-hijau digelandang aparat NKRI yang berpakaian preman. Aneh, sebab sang kakek pasti bukan 'musuh' yang terlalu kuat untuk pasukan pengamanan kunjungan RI-1. Aneh, sebab kejadian itu ditayangkan secara telanjang oleh TV dan diulas luas oleh media massa sampai-sampai Kapolda Bali I Made Mangku Pastika meminta media untuk tidak membesar-besarkan masalah ini. Langka, karena pengamanan kunjungan RI-1 yang mencapai 3 lapis/ring bisa ditembus oleh seorang kakek tua renta. Penggede aparat menyatakan petugas pengamanan lengah karena menengadah melihat materi atraksi saat itu. Itu belum apa-apa, sebab kakek I Nyoman Minta belakangan mengaku tidak tahu ada acara besar yang melibatkan presiden. Lebih lagi dan lagi, kakek kita ini menyatakan tidak mengenal SBY yang presiden Indonesia ini. Dari peristiwa ini dapat ditelaah beberapa hal. Bukan bermaksud menyalahkan.
  1. Pertama, pihak hotel patut diduga tidak memberikan sosialisasi program kunjungan itu secara menyeluruh kepada seluruh pihak yang menjadi tanggung jawabnya hingga pegawainya tidak tahu ada acara besar melibatkan presiden RI.
  2. Kedua, soal 'tak kenal Pak Beya itu', seharusnya menjadi bahan permenungan dan refleksi kita bersama. Ada problem serius bukan jika seorang setua kakek itu tidak kenal presidennya?
  3. Ketiga, secara politis, ada semacam lubang besar yang memisahkan rakyat dari elit negaranya. Apapun alasannya. Politikus harus tertegur dengan adanya peristiwa ini dan menjadikannya bahan evaluasi untuk lebih mendekatkan diri ke rakyat.
  4. Keempat, perlu evaluasi mendasar terhadap sistem, strategi, dan taktik pengamanan petinggi NKRI lebih-lebih presiden sehingga tidak disalahgunakan oleh teroris. 
  5. Kelima, pemberdayaan media dan pola relasional antara media dan pemerintah perlu lebih baik sehingga sosialisasi program pemerintah melalui pemberitaan yang proporsional bisa terjadi.
  6. Akhirnya, keenam, kurikulum pendidikan formal Indonesia perlu introspeksi dan berbenah diri untuk kembali menumbukan pengenalan sedalam-dalamnya aspek-aspek penting dari NKRI oleh para siswa dan mahasiswa. Kali ini yang tidak dikenali adalah SBY, lain kali NKRI!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar